Makna Hijrah Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang mujairin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni;mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (Qs. At-Taubah, 9:20)
Makna Hijrah

Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu, yaitu yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya ahrus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi yang tidak kondisif, menju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi yang kondusif untuk menegakkan ajaran Islam.

Dalam realitas sejarah hijrah senantiasa dikaitkan dengan meninggalkan suatu tempat, yaitu adanya peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat meninggalkan tepat yang tidak kondisuf untuk berdakwah. Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan ahun Hijriyah.

Tahun Hiriyah, ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab ra, sebagai jawaban atau surat Wali Abu Musa Al-As’ari. Khalifah Umar menetapkan Tahun Hijriyah Kalender Tahun Gajah, Kalender Persia untuk menggantikan penanggalan yang digunakan bangsa Arab sebelumnya, seperti yang berasal dari tahun Gajah, Kalender Persia, Kalender Romawi dan kalender-kalendar lain yang berasal dari tahun peristiwa-peristiwa besar Jahiliyah. Khlifah Umar memilih peristiwa Hijrah sebagai  taqwim Islam, karena Hijrah Rasulullah aw dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa paling monumental dalam perkembangan dakwah.
Secara garis besar hijrah kita bedkan menajdi dua macam yaitu:     
 
1. Hijrah Makaniyah : Yaitu meinggalkan suatu tempat. Bebebrapa jenis hijrah maknawiyah, yaitu:
a. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Habasyiyah.
b. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah.
c. Hijrah dari suatu negeri yang didalamnya didominasi oleh hal-hal
    yang diharamkan.
d. Hijrah dari suatu negeri yang membahayakan kesehatan untuk menhindari penyakit menuju negeri
    yang aman.
e. Hijrah dari suatu tempat karena gangguan terhadap harta benda.
f. Hijrah dari suatu tempat karena menghindari tekanan fisik
   Seperti hijrahnya Ibrahim as dan Musa as, ketika Beliau khawatir akan gangguan kaumnya.
   Seperti yang tecantum dalam al-Qur’an:
  Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan).
  Tuhanku, Sesungguhnya Dialah yang Maha erkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-Ankabuit, 29:26).

Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatri, dia berdo’a “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu (Qs. Al-Qashah, 2:21).  
 
2. Hijrah Maknawiyah

Secara  maknaiyah hijrah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Hijrah I’tiqadiyah
Yaitu hijrah keyakinan. Iman bersifat pluktuatif, kadang menguat menuju puncak keyakinan mu’min sejati, kadang pula melemah mendekati kekufuran Iman pula kadang hadir dengan kemurniannya, tetapi kadang pula  bersifat sinkretis, bercampur dengan keyakinan lain mendekati memusyrikan. Kita harus segera melakuakn hijrah keyakinan bila berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan keyakinan. Dalam konteks psikologi biasa disebut dengan konversi keyakinan agama.

b. Hijrah Fikriyah
Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa secara oline kitya akses.

Dunia yang kita tempati saat ini, sebenarnya telah menjadi medan perang yang kasat mata. Medan perang yang ada tapi tak disadari keberadaannya oleh kebanyakan manusia gendeang perang telah dipukul dalam medan yang namanya “Ghoswul Fikr” (baca: Perang pemikiran).

Tak heran berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana dari senjata-senjata perengut nyawa. Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, dan sosialisasi bahkan momunisasi telah menyusup ke dalam sendi-sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terditeksi oleh kacamata pemikiran Islam. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut. Mari kita kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, melalui para sahabat tabi’in, tabi’it, tabi’in dan para generasi pengikut shalaf.

“Rasulullah Saw bersabda: Umatku niscaya akan mengikuti sunan (budaya, pemikiran, tradisi, gaya hidup) orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga mereka masuk ke lubang biawak pasti umatku mengikuti mereka. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apaakh mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani ? Rasulullah menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka.

c. Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kuarng Islami Banyak hal seperti hiburan, musik, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita perhatikan, hiniran dan musik seorang muslim takjauh beda dengan hiburannya para penganut paham permisifisme dan hedonisme, berbau hutra-hura dan senang-senang belaka.

Mode pakain juga tak kalah pentingnya untuk kita hiraukan Hijrah dari pakaian gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian ? Tak lain hanyalah untuk menutup aurat, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang banyak diantara manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Ada yang sudah tertutup tapi ketat dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Konon, umat Islam dimanjakan oleh budaya barat dengan 3 f, food, fan, fashan.

d. Hijrah Sulukiyyah  
Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juag akhlaq. Dalam perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulai (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Sehingga tidak aneh jika bermuculan berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan, pembunuhan, pelecehan, pemerkosaan, penghinan dan penganiyaan seolah-olah telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi,, prostitusi dan manipulasi hampir bisa ditemui di mana-mana. Dalam moment hijrah ini, sangat tepat jika kita mengkoreksi akhlaq dan kepribadian kita untuk kemudian menghijrahkan akhlaq yang mulia.
Share:

Kenapa Harus Takut Berhijab!


Masih Ragu Berhijab, Mendingan Baca Dulu DehWahai sahabatku, apa yang kalian takutkan untuk menutup aurat ? berhijab ?Apakah kalian takut dengan perkara ini : Tidak mendapatkan pekerjaan ? Tidak mendapatkan jodoh ? Dicibir oleh orang orang ? Belum siap ? Sebagian dari kita memang ada yang menakutkan hal itu, tapi apakah kalian tidak takut dengan perkara ini : Rambut akan digantung dan otak mendidih, dan … Ayah ??? Bismillahirohmanirohim disini aku akan menjelaskan point point di atas . point pertama yang akan aku bahas adalah : “ (Takut tidak mendapatkan pekerjaan) “ sebagian dari wanita ada yang mempermasalahkan point ini, karena perusahaan perusahaan terkadang tidak menginginkan karyawan yang berjilbab .Demi Allah, jangan pernah takut akan rezeki wahai sahabat. Hijab tiada menghalangi rezeki, Allah menjamin rezeki setiap makhluk yang hidup di dunia ini. Rezeki tidak akan pernah tertukar bila memang perusahaan tidak menerima kita sebagi karyawan dikarenakan jilbab, mungkin itu bukan yang terbaik buat sahabat ingat, Allah lebih mengetahui tentang diri kita, sedangkan kita tidak mengetahui untuk kalian yang sudah berjilbab jangan pernah merelakan kehormatan dilepas untuk sebatas pekerjaan. Allah punya yang lebih baik buat sahabat Inshaa Allah . “ (Tidak mendapatkan jodoh) “ sebagian dari wanita ada yang mempermasalahkan point ini juga. Sering ada yang mengatakan : “ Aku tidak akan memakai jilbab, aku takut nanti tidak akan mendapatkan jodoh karena jilbabku ini “ mungkin ada beberapa yang seperti ini. Tapi ingat, jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT . hmm menurutku malah memakai jilbab itu Anugerah, kenapa ? pertama kita telah melakukan satu kewajiban yaitu “ Menutup Aurat “ . dan yang kedua adalah “ Mendapatkan pasangan yang baik “ karena ini sesuai dengan firman Allah SWT : “ Wanita- wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, wanita-wanita yang buruk untuk laki-laki yang buruk” Bila kita ikhlas dalam menutup aurat, Inshaa Allah pasti akan diberikan pasangan yang baik “ (Tidak mendapatkan jodoh) “ sebagian dari wanita ada yang mempermasalahkan point ini juga. Sering ada yang mengatakan : “ Aku tidak akan memakai jilbab, aku takut nanti tidak akan mendapatkan jodoh karena jilbabku ini “ mungkin ada beberapa yang seperti ini. Tapi ingat, jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT . hmm menurutku malah memakai jilbab itu Anugerah, kenapa ? pertama kita telah melakukan satu kewajiban yaitu “ Menutup Aurat “ . dan yang kedua adalah “ Mendapatkan pasangan yang baik “ karena ini sesuai dengan firman Allah SWT : “ Wanita- wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, wanita-wanita yang buruk untuk laki-laki yang buruk” Bila kita ikhlas dalam menutup aurat, Inshaa Allah pasti akan diberikan pasangan yang baik “ (Tidak mendapatkan jodoh) “ sebagian dari wanita ada yang mempermasalahkan point ini juga. Sering ada yang mengatakan : “ Aku tidak akan memakai jilbab, aku takut nanti tidak akan mendapatkan jodoh karena jilbabku ini “ mungkin ada beberapa yang seperti ini. Tapi ingat, jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT . hmm menurutku malah memakai jilbab itu Anugerah, kenapa ? pertama kita telah melakukan satu kewajiban yaitu “ Menutup Aurat “ . dan yang kedua adalah “ Mendapatkan pasangan yang baik “ karena ini sesuai dengan firman Allah SWT :“ Wanita- wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, wanita-wanita yang buruk untuk laki-laki yang buruk”Bila kita ikhlas dalam menutup aurat, Inshaa Allah pasti akan diberikan pasangan yang baik “ (Tidak mendapatkan jodoh) “ sebagian dari wanita ada yang mempermasalahkan point ini juga. Sering ada yang mengatakan : “ Aku tidak akan memakai jilbab, aku takut nanti tidak akan mendapatkan jodoh karena jilbabku ini “ mungkin ada beberapa yang seperti ini. Tapi ingat, jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT . hmm menurutku malah memakai jilbab itu Anugerah, kenapa ? pertama kita telah melakukan satu kewajiban yaitu “ Menutup Aurat “ . dan yang kedua adalah “ Mendapatkan pasangan yang baik “ karena ini sesuai dengan firman Allah SWT :“ Wanita- wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, wanita-wanita yang buruk untuk laki-laki yang buruk”Bila kita ikhlas dalam menutup aurat, Inshaa Allah pasti akan diberikan pasangan yang baik karena perempuan yang taat akan mendapatkan lelaki yang taat pula, dan lelaki yang taat akan mendapatkan perempuan yang taat juga . Inshaa Allah . “ (Dicibir oleh orang orang) “ Nah, ini point yang benar benar terkadang menghasut seseorang yang ragu untuk berhijab . banyak sekali orang orang yang berbicara “ Ah, buat apa sih berjilbab kalau kelakuan kamu masih buruk “ pasti sahabat sahabat sering kan mendengar perkataan seperti ini . Nah, disini aku ingin meluruskan. Ini adalah hasutan syaitan, syaitan tidak akan ada hentinya untuk mengajak manusia untuk terus berdosa dan yang pada akhirnya akan menjadi teman Syaitan di neraka nanti . untuk kalian yang benar benar ingin berhijab tepis pembicaraan orang orang seperti ini, biarkan mereka berkata apa yang terpenting Allah akan ridho atas tindakan ini (berjilbab) . pada dasarnya mereka tidak tau, bahwa jilbab dan akhlak perilaku itu dua hal yang berbeda . kenapa berbeda ? JILBAB itu suatu kewajiban, bukan orang tua, teman, keluarga, penasihat yang memerintahkan berjilbab, tapi Allah SWT yang memerintahkan . Allah yang telah menciptakan kita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan AKHLAK ? jelas akhlak itu perilaku kita, ini masalah individu kita sendiri, jangan pernah kaitkan Jilbab dengan Akhlak ! walaupun akhlak buruk setidaknya kita telah melaksanakan satu kewajiban sebagai muslimah yaitu “ Menutup Aurat “ perlahan demi perlahan akhlak yang buruk itu akan berubah menjadi baik “ (Dicibir oleh orang orang) “ Nah, ini point yang benar benar terkadang menghasut seseorang yang ragu untuk berhijab . banyak sekali orang orang yang berbicara “ Ah, buat apa sih berjilbab kalau kelakuan kamu masih buruk “ pasti sahabat sahabat sering kan mendengar perkataan seperti ini . Nah, disini aku ingin meluruskan. Ini adalah hasutan syaitan, syaitan tidak akan ada hentinya untuk mengajak manusia untuk terus berdosa dan yang pada akhirnya akan menjadi teman Syaitan di neraka nanti . untuk kalian yang benar benar ingin berhijab tepis pembicaraan orang orang seperti ini, biarkan mereka berkata apa yang terpenting Allah akan ridho atas tindakan ini (berjilbab) . pada dasarnya mereka tidak tau, bahwa jilbab dan akhlak perilaku itu dua hal yang berbeda . kenapa berbeda ? JILBAB itu suatu kewajiban, bukan orang tua, teman, keluarga, penasihat yang memerintahkan berjilbab, tapi Allah SWT yang memerintahkan . Allah yang telah menciptakan kita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan AKHLAK ? jelas akhlak itu perilaku kita, ini masalah individu kita sendiri, jangan pernah kaitkan Jilbab dengan Akhlak ! walaupun akhlak buruk setidaknya kita telah melaksanakan satu kewajiban sebagai muslimah yaitu “ Menutup Aurat “ perlahan demi perlahan akhlak yang buruk itu akan berubah menjadi baik “ (Dicibir oleh orang orang) “ Nah, ini point yang benar benar terkadang menghasut seseorang yang ragu untuk berhijab . banyak sekali orang orang yang berbicara “ Ah, buat apa sih berjilbab kalau kelakuan kamu masih buruk “ pasti sahabat sahabat sering kan mendengar perkataan seperti ini . Nah, disini aku ingin meluruskan. Ini adalah hasutan syaitan, syaitan tidak akan ada hentinya untuk mengajak manusia untuk terus berdosa dan yang pada akhirnya akan menjadi teman Syaitan di neraka nanti . untuk kalian yang benar benar ingin berhijab tepis pembicaraan orang orang seperti ini, biarkan mereka berkata apa yang terpenting Allah akan ridho atas tindakan ini (berjilbab) . pada dasarnya mereka tidak tau, bahwa jilbab dan akhlak perilaku itu dua hal yang berbeda . kenapa berbeda ? JILBAB itu suatu kewajiban, bukan orang tua, teman, keluarga, penasihat yang memerintahkan berjilbab, tapi Allah SWT yang memerintahkan . Allah yang telah menciptakan kita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan AKHLAK ? jelas akhlak itu perilaku kita, ini masalah individu kita sendiri, jangan pernah kaitkan Jilbab dengan Akhlak ! walaupun akhlak buruk setidaknya kita telah melaksanakan satu kewajiban sebagai muslimah yaitu “ Menutup Aurat “ perlahan demi perlahan akhlak yang buruk itu akan berubah menjadi baik “ (Dicibir oleh orang orang) “ Nah, ini point yang benar benar terkadang menghasut seseorang yang ragu untuk berhijab . banyak sekali orang orang yang berbicara “ Ah, buat apa sih berjilbab kalau kelakuan kamu masih buruk “ pasti sahabat sahabat sering kan mendengar perkataan seperti ini . Nah, disini aku ingin meluruskan. Ini adalah hasutan syaitan, syaitan tidak akan ada hentinya untuk mengajak manusia untuk terus berdosa dan yang pada akhirnya akan menjadi teman Syaitan di neraka nanti . untuk kalian yang benar benar ingin berhijab tepis pembicaraan orang orang seperti ini, biarkan mereka berkata apa yang terpenting Allah akan ridho atas tindakan ini (berjilbab) . pada dasarnya mereka tidak tau, bahwa jilbab dan akhlak perilaku itu dua hal yang berbeda . kenapa berbeda ? JILBAB itu suatu kewajiban, bukan orang tua, teman, keluarga, penasihat yang memerintahkan berjilbab, tapi Allah SWT yang memerintahkan . Allah yang telah menciptakan kita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan AKHLAK ? jelas akhlak itu perilaku kita, ini masalah individu kita sendiri, jangan pernah kaitkan Jilbab dengan Akhlak ! walaupun akhlak buruk setidaknya kita telah melaksanakan satu kewajiban sebagai muslimah yaitu “ Menutup Aurat “ perlahan demi perlahan akhlak yang buruk itu akan berubah menjadi baik Inshaa Allah . “ (Belum Siap) “ ini juga banyak sekali kita dengar “ (Belum Siap) “ ini juga banyak sekali kita dengar “ (Belum Siap) “ ini juga banyak sekali kita dengar “ (Belum Siap) “ ini juga banyak sekali kita dengar sebenernya aku bingung, belum siapnya kenapa ? kapan mau siapnya ? apa kita tau malaikat maut akan menjemput kapan ? hmm, bila kita menunggu siap terlebih dahulu sampai kapan ? Sahabatku, tidak perlu menunggu siap untuk berjilbab, jangan sampai gara gara menunggu kesiapan itu ternyata ajal telah menjemput kalian tidak mau kan bila hijab pertama dan terakhir itu “ Kain Kafan “ ?? #tepuk dada Tanya iman . Nah itu adalah perkara perkara dunia yang ditakutkan oleh kebanyakan wanita Nah itu adalah perkara perkara dunia yang ditakutkan oleh kebanyakan wanita Nah itu adalah perkara perkara dunia yang ditakutkan oleh kebanyakan wanita Nah itu adalah perkara perkara dunia yang ditakutkan oleh kebanyakan wanita tapi terkadang mereka juga lupa, bahwa ada perkara yang harus ditakutkan di akhirat, yaitu : “ (Rambut akan digantung dan otak mendidih) “ pasti sebagian dari kita ada yang mengetahui balasan apa yang akan diterima oleh kaum wanita muslim yang enggan untuk berhijab . yaa salah satunya ini “ Rambut digantung & otak mendidih “ Rasulullah SAW Bersabda : “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim) sebagian dari kaum wanita memang tidak ada yang mengetahui tentang hal ini, maka dari itu disini aku ingin memberi tau apa balasan bagi kaum wanita yang enggan menutup aurat, karena aku tidak ingin sahabatku masuk ke dalam jurang api neraka “ (Rambut akan digantung dan otak mendidih) “ pasti sebagian dari kita ada yang mengetahui balasan apa yang akan diterima oleh kaum wanita muslim yang enggan untuk berhijab . yaa salah satunya ini “ Rambut digantung & otak mendidih “ Rasulullah SAW Bersabda : “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim) sebagian dari kaum wanita memang tidak ada yang mengetahui tentang hal ini, maka dari itu disini aku ingin memberi tau apa balasan bagi kaum wanita yang enggan menutup aurat, karena aku tidak ingin sahabatku masuk ke dalam jurang api neraka “ (Rambut akan digantung dan otak mendidih) “ pasti sebagian dari kita ada yang mengetahui balasan apa yang akan diterima oleh kaum wanita muslim yang enggan untuk berhijab . yaa salah satunya ini “ Rambut digantung & otak mendidih “ Rasulullah SAW Bersabda : “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim) sebagian dari kaum wanita memang tidak ada yang mengetahui tentang hal ini, maka dari itu disini aku ingin memberi tau apa balasan bagi kaum wanita yang enggan menutup aurat, karena aku tidak ingin sahabatku masuk ke dalam jurang api neraka “ (Rambut akan digantung dan otak mendidih) “ pasti sebagian dari kita ada yang mengetahui balasan apa yang akan diterima oleh kaum wanita muslim yang enggan untuk berhijab . yaa salah satunya ini “ Rambut digantung & otak mendidih “
Rasulullah SAW Bersabda : “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim) sebagian dari kaum wanita memang tidak ada yang mengetahui tentang hal ini, maka dari itu disini aku ingin memberi tau apa balasan bagi kaum wanita yang enggan menutup aurat, karena aku tidak ingin sahabatku masuk ke dalam jurang api neraka tapi, adapun sebagian dari kita sudah ada yang mengetahui tetapi mereka acuh tak acuh seakan tidak tau . Astagfirullahaladzim . Wahai sahabatku, mulailah dari sekarang untuk berhijab. Step by step diperbaiki Wahai sahabatku, mulailah dari sekarang untuk berhijab. Step by step diperbaiki Wahai sahabatku, mulailah dari sekarang untuk berhijab. Step by step diperbaiki jangan pernah ragu untuk berhijab memang awalnya sulit, tetapi bila kita ikhlas, Inshaa Allah akan dimudahkan oleh Allah SWT 10 Alasan Perempuan Enggan BerhijabDi dalam Al Quran, perempuan Muslim diwajibkan menutup aurat mereka. Namun, kenyataannya, sampai saat ini masih banyak perempuan yang enggan berjilbab untuk menutup aurat mereka. "Ketika ditanya mengapa mereka belum mau berjilbab, ada banyak alasan yang dikemukakan. Mulai dari alasan klasik sampai alasan yang seperti dibuat-buat," ungkap Muhammad Assad, penulis 99 Hijab Stories: A Beautiful Spiritual Journey saat peluncuran bukunya di Plaza Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut survei yang dilakukannya, ada 10 alasan klasik perempuan untuk tidak berhijab: 1. Belum siap Dalam bukunya, Assad mengungkapkan bahwa hal ini merupakan alasan nomor satu yang paling sering didengar. Menurut dia, siap atau tidak siapnya seseorang yang menentukan adalah dirinya sendiri dan bukan orang lain. Kebanyakan orang justru merasa siap setelah mereka berhijab dan bukan sebaliknya. 2. Menghijabkan hati dulu Jawaban klise yang juga sering dipakai adalah, "Nanti saja, saya mau menghijabkan hati dulu". Ketika mendengar jawaban seperti ini, Assad akan langsung nyeletuk, "Emang hati bisa dihijabin?" Tidak ada batasan dan ukuran yang jelas sampai di titik mana seseorang dikatakan berhasil menghijabkan hati. Padahal, Allah sendiri sudah memerintahkan untuk menghijabkan kepala, bukan hati. Kalau menunggu berhijab saat hati sudah bersih dan perilaku seperti Siti Aisyah pasti kelamaan. Maka lebih baik mulai menghijabkan kepala dulu sambil pelan-pelan memperbaiki hati, demikian menurut Assad. 3. Belum dapat hidayah Hidayah itu harus dicari dan tidak serta-merta jatuh dari langit. Lalu bagaimana cara mendapat hidayah-Nya? Mudah saja, selalu kerjakan segala perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Begitu juga dengan berhijab. Kalau Anda hanya tidur di kamar menunggu hidayah datang pasti Anda tidak akan mendapatkannya. Karena pada dasarnya, ketika hati ingin berjilbab, maka ini sudah merupakan bentuk hidayah dari-Nya.

 4. Tidak yakin berhijab itu kewajiban Jika Anda tak yakin kalau berhijab itu adalah sebuah kewajiban, ada baiknya Anda membuka kembali Al Quran. Di dalamnya sudah tertulis bagaimana Allah memerintahkan semua perempuan muslimah untuk memakai hijab. Tentunya perintah ini dibuat untuk kebaikan perempuan sendiri. 5. Panas dan merusak rambut Alasan berhijab itu panas dan bisa merusak rambut itu sangat berlebihan. Sekarang ini tren busana muslimah sudah sangat modern, apa lagi ada beragam produk kecantikan yang bisa melindungi rambut dari kerusakan atau kekeringan saat memakai hijab. Justru sebaliknya, dengan berhijab kulit akan terlindungi, terutama dari sinar UV yang berbahaya. Jelaslah bahwa sebenarnya fungsi hijab ini bukan untuk merusak, melainkan untuk melindungi pemakainya. 6. Dilarang orangtua "Saya tadinya tidak percaya dengan alasan ini, sampai suatu saat saya benar-benar melihat langsung. Teman saya yang sudah berhijab tiba-tiba melepas hijabnya dengan alasan dilarang ibunya. Ibunya takut si anak tidak mendapat jodoh, tidak dapat pekerjaan, dikucilkan, dan lain-lainnya," tulis Assad. Status orangtua dalam agama memang sangat tinggi, dan anak diwajibkan patuh pada mereka. Hanya saja, aturan kepatuhan ini hanya berlaku jika orangtu 7. Susah dapat rezeki atau pekerjaan Allah sudah mengatur rezeki, nasib, dan jodoh setiap manusia. Satu yang hal yang harus dipahami adalah rezeki itu bukan bergantung dari bos di kantor atau partner bisnis Anda. Jadi tidak logis kalau Anda takut kekurangan rezeki karena memakai hijab. Bukan hijab yang harus "disalahkan" ketika Anda tak mendapatkan rezeki atau pekerjaan, tapi mungkin usaha dan doa Anda yang belum maksimal untuk menjemput rezeki dariNya. 8. Jauh jodoh "Ini adalah pemikiran yang sangat salah. Justru sebaliknya, semua laki-laki pasti ingin menikah dengan perempuan yang sholeha, cantik fisik dan perilakunya," katanya. Prioritas utama yang harus dipilih pria dari seorang perempuan adalah agamanya, alias seiman. Maka sebandel-bandelnya pria, ia pasti ingin menikah dengan perempuan yang saleha. Karena perempuan itu nantinya bukan hanya jadi istri, tapi juga ibu dari anak-anaknya. 9. Tidak modis Alasan ini mungkin saja benar di tahun 1990-an. Tetapi jika melihat perkembangannya sekarang ini, alasan ini sudah tak relevan. Sejak tahun 2010, perkembangan busana muslim sangat pesat. Justru hijab telah menjadi semacam ikon baru di dunia fashion Indonesia. Hijab tak lagi jadi halangan untuk tampil modis dan gaya, karena orang Indonesia kini semakin kreatif untuk berkreasi dengan hijab dan busana yang dipakai. 10. Takut jelek Banyak perempuan yang berpikiran bahwa memakai hijab bisa membuat perempuan jadi terlihat tua dan jelek. Benarkah? Sebagai laki-laki, Assad justru berpikir sebaliknya. Baginya, perempuan yang berhijab itu terlihat lebih cantik dan inner beauty-nya lebih terpancar jelas.  Hijab akan mempercantik pemakainya dari luar dan dalam. Saat seseorang berhijab akan tumbuh keinginan untuk memperbaiki akhlak dan perilaku sehari-hari.

Share:

Sejarah Hijab

Sejarah Singkat Hijab dalam Islam
Ilustrasi Wanita Berhijab
Muslim Obsession – Sampai hari ini, penutup kepala memainkan peran penting dalam banyak agama, termasuk Yudaisme Ortodoks dan Katolik. Islam mulai menyebar di Madinah melalui Nabi Muhammad Saw. (sekitar 570-632 M). Dari sana menyebar melalui Timur Tengah ke Sahara Afrika. Lalu, ke Asia Tengah sampai masyarakat di sekitar Laut Arab.
Setelah awal mula Islam muncul di Timur Tengah dan Afrika Utara, kemudian Islam masuk ke Eropa. Selendang dan kerudung dengan warna dan bentuk yang berbeda menjadi kebiasaan dalam budaya yang tak terhitung jumlahnya, jauh sebelum Islam terbentuk pada abad ke-7 di Jazirah Arab (termasuk Arab Saudi sekarang).
Sejak abad ke-7, Islam telah berkembang menjadi salah satu agama terbesar di dunia. Tapi baru belakangan ini beberapa negara Islam, seperti Iran, mulai mewajibkan semua wanita mengenakan jilbab (di Iran disebut chador, yang menutupi seluruh tubuh).
Sejumlah kritik terhadap tradisi hijab Muslim pun tidak sedikit. Beberapa berpendapat bahwa wanita tidak memakai hijab adalah hak pribadi mereka. Sebaliknya, banyak anak perempuan imigran Muslim di Barat berargumen bahwa hijab melambangkan ketekunan dan keshalihan. Jilbab itu adalah pilihan mereka sendiri. Bagi mereka, jilbab merupakan identitas dan ekspresi diri.
Jenis-jenis Hijab
HijabKhimar adalah satu nama penutup kepala/kerudung. Khimar adalah kerudung paling populer yang dikenakan di Barat. Kerudung ini terdiri dari satu atau dua syal yang menutupi kepala dan leher. Di luar Barat, hijab tradisional ini dipakai oleh banyak wanita Muslim di dunia Arab dan sekitarnya.NiqabNiqab mencakup seluruh tubuh, kepala dan wajah, kecuali hanya terbuka sedikit untuk bagian mata. Dua jenis niqab adalah setengah niqab yang terdiri dari jilbab dan kerudung wajah yang membuat mata dan bagian dahi terlihat dan penuh, atau Teluk, niqab yang hanya menyisakan celah sempit untuk mata.
Meskipun kerudung ini populer di seluruh dunia Muslim, Niqab tidak sedikit menciptakan banyak perdebatan di Eropa. Beberapa politisi telah memperdebatkan larangan tersebut, sementara yang lain merasa bahwa hal itu mengganggu komunikasi atau menciptakan masalah keamanan.
ChadorJilbab adalah pakaian longgar, tidak menerawang dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Dengan sehelai kerudung yang menutupi leher dengan pakaian lengan panjang. Jilbab ini menutupi kepala dan tubuh tapi wajah masih terlihat. Jilbab umumnya berwarna hitam dan paling umum di Timur Tengah, khususnya di Iran.BurqaBurqa adalah jilbab penuh. Seluruh wajah dan tubuh pemakainya tertutup, dan seseorang hanya dapat melihat melalui celah tipis di bagian mata. Hal ini paling sering dipakai di Afghanistan dan Pakistan. Di bawah rezim Taliban di Afghanistan (1996-2001), penggunaannya dimandatkan oleh undang-undang.
Perintah Berhijab dalam Al-QuranBerhijab (menutup aurat) diperintahkan Allah Swt. Beberapa ayat Al-Quran tentang perintah berhijab antara lain:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat,” (QS. Al-A’raf [7]: 26).
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-Ahzab [33]: 59).
“Dan hendaklah engkau tetap di rumahmu dan janganlah berhias serta bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dulu,” (QS. Al-Ahzab [33]: 33).
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung,” (QS. An-Nuur [24]: 31).
Sejarah Perkembangan Hijab dalam Islam dari Masa Ke MasaSejarah Perkembangan Hijab – Secara bahasa hijab diartikan sebaga pembatas yang memisahkan dua obyek. Jadi apapun yang memisahkan kedua obyek tersbut daopat dikatakan hijab. Hijab dalam arti bahasa ini dapat berupa tembok, kain, atau yang serupa dengan tujuan untuk menjadi tirai yang memisahkan kedua obyek (baca: pengertian hijab). Trend belakangan ini, hijab dimkanai dengan pakaian muslimah yang syar’i.
Menarik untuk kita cermati bersama, hijab dalam arti pembatas hingga berubah menjadi pakaian muslimah dari sejarah yang telah berlalu, sehingga tulisan ini berupaya memberikan gambaran asal mula penamaan hijab hingga masa sekarang.
Perkembangan Hijab Bangsa Kuno Selain Arab Jahiliah
Hijab telah dikenal oleh berbagai bangsa dan masyarakat Timur kuno sejak dahulu. Bentuk hijab yang dikenal oleh bangsa-bangsa tersebut sangat beragam. Hijab yang dikenal oleh wanita Yunani kuno berbeda dengan hijab yang dipakai oleh wanita Romawi dan Arab Jahiliah.
Menurut Eipstein konsep hijab dalam arti menutup kepala sudah di kenal sebelum datangnya agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam). Tradisi penggunaan kerudung yang merupakan bagian dari hijab, sudah dikenal dalam hukum kekeluargaan Asyiria.Hukum ini mengatur bahwa istri, anak perempuan, janda, bila bepergian ke tempat umum harus menggunakan kerudung. Bahkan lebih jauh lagi ketika Adam dan hawa di turunkan ke bumi maka persoalan pertama yang dialami ialah bagaimana menutup kemaluan (aurat) (QS Thoha:121)
Adanya perhatian agama-agama samawi terhadap hijab dapat di ketahui dalam Taurat-perjanjian lama yang di penuhi oleh ayat- ayat yang berkenaan dengan hijab, kemudian di tetapkan oleh Isa Al-Masih manakala ia datang membawa injil-perjanjian baru. Banyak sekali ayat-ayat taurat dan injil yang menetapkan bahwa wanita pada zaman itu harus memakai hijab dan cadar.
Dalam hijab, Injil pasal kejadian, ayat 65, bagian 24 disebutkan : “Ia berkata kepada hamba-Nya : Siapa laki-laki yang berjalan menuju taman berjalan menuju kita? ‘Hamba itu menjawab : “Dia adalah tuanku. maka Maryam mengambil tudung dan menutup dirinya”. “Maha Ishaq memasukkan Maryam kepada khaba’. milik ibunya, kemudian ia memuliakannya.dan akhirnya wanita itu menjadi istri yang di cintainya.Hijab merupakan tradisi bagi Yunani dan Romawi sebelum datangnya Islam beratus-ratus tahun sebelumnya. Hijab memiliki peran yang penting dalam masyarakat Yunani, peradaban Yunani dapat hidup betahan lebih lama selama wanitanya masih mempertahankan tudung dan hijabnya.
Akhirnya peradaban yang maju itu mengalami kemerosotan dan kemunduran karena wanitanya dibiarkan bebas mutlak untuk melepaskan hijabnya dan mereka boleh mengerjakan apa saja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum laki- laki, demi kebebasan.
Al-Allamah Larus mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya hijab: “Dahulu para wanita mengenakan kerudung bila hendak keluar. Mereka menutupi wajah-wajah mereka. Dan kain penutup wajah itu kni terbuat dari kain tenun tipis yang dipakai untuk melindungi wajah mereka dari debu dan embun.
Manakala, wanita Romawi tidak memakai hijab lagi dan mulai meninggalkan rumahnya, Imperium Romawi mengalami kemunduran hebat yang mengakibatkan runtuhnya Imperium Romawi yang besar itu.
Perkembangan Hijab Menurut Bangsa Arab Jahiliah
Bangsa arab pada zaman Jahiliah telah mengenal hijab. Mereka menganggapnya sebagai salah satu tradisi persahabatan dan percintaan. Anak wanita yang sudah mencapai usia masa kawin dan mulai menampakkan rasanya malunya, maka ia mengenakan hijab sebagai pertanda ia minta lekas dinikahkan, dan biasanya mereka dalam memakai hijab tidak hanya terbatas pada wajahnya, kecuali bila sedang ditimpa musibah. Ada beberapa syair tentang hijab yang ditulis oleh para penyair Arab di zaman Jahiliah :
Sejak Zubair bin Salma (yang menceritakan keluarga Al- Husain) : “Aku tidak tahu dan aku mesti akan tahu, Apakah aku sedang berdiri didepan keluarga Husain atau dihadapan para wanita, Bila dikatakan para wanita yang bersembunyi, Maka benarlah bahwa wanita yang melindungi dirinya mendapat ke hormatan.”Sajak Taufail bin Auf-Ghanawi: “Dengan penutup muka tidak akan mengurangi kehormatannya kemuliaannya tetap terjaga, dan kecantikannya dapat di nikmati bila telah tiba saatnya.”Hijab memiliki berbagai macam bentuk. Diantara bentuk tersebut adalah cadar. Sajak Taubah bin Al-Humair (buat kekasihnya, Laila Al-Akhliyah) “Manakala aku mendatangi Laila yang sedang bercadar, Aku ragu akan dia karena cadar yang di pergunakan”.
Bentuk hijab lain adalah kerudung (an-niqab). Penyair mengatakan “Kalau kerudung di kharamkan penggunaannya untuk wanita. Maka tidak di ragukan lagi mereka akan berubah menjadi jelek. Bentuk hijab lain adalah sejenis kerudung (al-khimar). Sajak An-Nabigyani : “Kerudung terjatuh padahal tidak hendak menjatuhkannya, Dengan sigap ia menyambarnya dengan tangan, Di remang cahaya, seakan jemarinya meraih kelembutan.”
Makna hijab lebih luas dari yang tersebut diatas. Ia mencangkup kamar pribadi wanita, yang dalam bahasa arab disebut dengan al-khaba’ dan al-khudr. Dua kata itulah yang sering di pakai oleh para penyair karena mengandung muatan makna keagungan, kesucian, dan keluhuran.
Sebab makna kata tersebut setara dengan tempat tinggal dan perlindungan wanita yang tidak mungkin terjamah oleh lelaki asing. Umru’ul Qays pernah mengungkapkan khaba’ kekasihya, Unaizah, sebagai berikut: “Putih kamar pribadi wanita tidak meragukan, Diriku meras puas mencandainya di bilik itu tanpa gusar.
Ada bentuk hijab yang lain seperti: sarung, selimut baju besi dan jilbab, serta sekedup yang dipakai untuk membawa wanita yang diletakkan diatas punggung unta.
Perkembangan Hijab Pada Masa Islam
Konsep hijab sebenarnya bukanlah milik Islam, jauh sebelum zaman Nabi saw, tradisi berkerudung sudah ada dan menjadi tradisi berbusana santun di kalangan perempuan-perempuan yang hidup jauh sebelum kelahiran Nabi saw.Tradisi penggunaan hijab dalam Islam berbeda dengan tradisi Yahudu dan Nasrani.
Dalam Islam, tradisi penggunaan hijab tidak ada keterkaitan sama sekali dengan kutukan atau menstruasi. Dalam Islam, hijab dan menstruasi pada perempuan mempunyai konteksnya sendiri.Penggunaan hijab lebih dekat pada etika dan estetika dari pada kepersoalan substansi ajaran (baca: Pandangan ulama tentang hijab). Perintah penggunaan hijab dalam Islam di dasarkan pada dua ayat dalam Al-Qur’an yaitu QS. Al-Ahzab/33:59 dan QS.An Nur/24:31.
Kedua ayat di atas turun setelah peristiwa fitnah keji terhadap Aisyah yang di lakukan oleh Abdullah Ibn Saba’ dan teman-temannya dari kaum munafik Madinah. Peristiwa terhadap Siti Aisyah ini disebut peristiwa Al-Ifk.
Peristiwa ini sangat menghebohkan, sehingga untuk mengakhiri harus di tegaskan dengan diturunkannya lima ayat yaitu (QS.An-Nur/24:11-15) khusus untuk membersihkan nama baik Aisyah.
Sejak peristiwa tersebut, turun ayat lain yang cenderung membatasi ruang gerak keluarga Nabi, khususnya dalam dua ayat di atas. Ayat ini turun (QS. Al-Ahzab/59 dan QS. An-Nur/31), karena masyarakat Madinah ketika itu berada dalam keadaan tidak tentram, yaitu situasi perang yang beruntun dan berkepanjangan.
Ketika itu kaum bangsawan mangenakan jilbab. Kaum ini hampir tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual dari laki-laki nakal. Sehingga untuk melindungi masyarakat muslim di perintahkanlah untuk memakai jilbab.
Perkembangan Hijab di Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman, di Indonesia dikenal dengan pakaian penutup kepala yang lebih umum di sebut kerudung, tetapi tahun 1980 an lebih populer dengan jilbab (baca: pengertian jilbab). Jilbab pada masa Nabi Muhammad saw ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.
Di beberapa negara Islam pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, seperti cadar di Iran, pardeh di India dan Palestina, milayat di libya, abayadi di Irak, charshaf di Turki, hijab di beberapa negara Afrika seperti Mesir, sudan, Yaman. Pergeseran makna hijab dari semula tabir berubah makna menjadi pakaian penutup aurat perempuan pada abad 4 H.
Beryi Causai Syamwil, yang termasuk generasi awal pemakaian jilbab di Indonesia. Dia menunjukan selendang tipis yang di kenakan perempuan Indonesia untuk menutupi sebagian rambutnya sebagai bukti dan proses menuju penggunaan jilbab. Selain itu Beryi juga menunjukan proses baju bodo, busana baju bugis yang pada awalnya hanya berupa selembar sutera halus yang tembus pandang, namun kemudian menjadi tujuh lapis ketika Islam masuk.
Daftar Rujukan
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 363
Maulana Wahiduddin Khan,Women Between Islam And Western Societi, (New Delhi : Nigprinting press, 2000),hlm.226
Nasarudin Umar, Antropologi Jilbab, Ulumul Qur’an Jurnal Ilmu dan Kebudayaan, VI, 5, 1996, Hal. 36.
Cadar adalah sesuatu yang menutupi tubuh wanita, merupakan salah satu hijab yang dikenal di beberapa tempat, dahulu cadar tidak hanya menutupi wajah tetapi juga menutupi seluruh tubuh wanita agar tidak terlihat oleh pria asing.
Al- Khaba’adalah tempat tinggal wanita yang tertutup dari pandangan.
Abdurrasul Abdul Hasan Al- Ghoffar, Wanita Islam dan Gaya hidup Modern, Terj. Bahruddin Fahani, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993), hlm. 37
Nong Darol Mah Mada, Kritik atas Jilbab, http ://Islam Lib.com//id, hlm.3
Peristiwa Al-Ifk terjadi ketika Aisah tertinggal dari rombongan disalah satu medan perang ia mencari kalung permatanya yang hilang. Ketika itu Aisah sendirian di kemah, datanglah Sofwan Ibn Mu’attal al-Sulaimani dengan untanya lalu membawanya ke Madinah. Pecahlah isu yang tidak enak pada masyarakat. Dan ini dimanfaatkan oleh kaum munafik dengan koordinator Abdullah Bin Ubay
Hijab Indonesia: Sejarah yang Terlupakan
Jika kita diminta menyebutkan siapa saja pejuang Muslimah Indonesia, dengan mudahnya kita sebutkan nama-nama seperti Raden Ajeng Dewi Sartika, Rohana Kudus, Cut Mutia atau Raden Ajeng Kartini, tapi ketika kita diminta menyebutkan siapa pejuang Muslimah Indonesia yang berjilbab? Mungkin jawaban kita hanyalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said, pejuang Muslimah asal Minang yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Padahal, kalau kita mau mengkaji sejarah lebih dalam lagi kita akan menemukan nama-nama selain H.R Rasuna Said seperti Teungku Fakinah, Cut Nyak Dhien, Sri Sultanah Ratu Nihrasyiah
Rahmah El Yunusiyyah
Rahmah El Yunusiyyah
Rawangsa Khadiyu, Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Ta’jul Alam Shah Johan Berdaulat dan Ratu Zakiatuddin Inayat Syah dari Aceh, Nyai Achmad Dahlan pendiri Nasyiatul Aisyiah Muhammadiyah dan Rahmah El Yunusiyyah mujahidah asal Minang yang membidani lahirnya TNI. Mereka ini adalah pejuang Muslimah pada masanya dan berjuang dengan hijabnya.

Selama ini seringkali kita dengar pula, hijab dan jilbab hanya dianggap sebagai budaya Arab dan bukan identitas Muslimah Indonesia ataupun warisan asli Nusantara yang diturunkan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Ternyata fakta sejarah tidak menunjukkan demikian, hijab merupakan identitas asli Muslimah Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, meski pada awalnya hanya berupa kerudung yang ditaruh di atas kepala.
Lalu sejak kapan Muslimah Indonesia memakai hijab? Siapa yang pertama kali mempelopori pemakaian hijab di Nusantara? Kenapa masih ada pejuang Muslimah kita yang masih tidak berjilbab? Bagaimana jilbab pada saat itu?.
Identitas Mujahidah
Sejarah mengenai lahirnya jilbab dan siapa Muslimah yang pertama kali memakai jilbab di Indonesia belum diketahui secara pasti, ranah mengenai sejarah pasti lahirnya dan perkembangan hijab di Indonesia juga belum banyak tersentuh dan tidak banyak menjadi perhatian para sejarawan, peneliti sejarah ataupun mereka yang mengaku sebagai hijabers dan desainer dari hijab itu sendiri.
sri-ratu-tajul-alam-safiatuddinDiperkirakan sekitar tahun 1400 M atau 6 abad yang lalu, Sulthanah Sri Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu yang memerintah kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1427 M, Sulthanah Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam Shah Johan Berdaulat yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1641-1675 M dan Sulthanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (1678-1688 M) sudah berjilbab, meski jilbab mereka terlihat masih belum sempurna dan masih berupa selendang atau kain yang dijadikan sebagai kerudung.
Hal ini terlihat pada lukisan yang dibuat oleh pemerhati Sejarah Aceh sekaligus pelukis kelahiran Aceh Utara, Sayeed Dahlan Al Habsyi. Dalam lukisannya, ia menggambarkan kedua Ratu tersebut (Ratu Nihrasyiah dan Ratu Safiatuddin) memakai baju lengan panjang dengan kerudung.
Buku yang ditulis oleh Sejarawan, Muhammad Ali Hasjmi (A. Hasjmi) berjudul “59 Tahun Aceh Merdeka Dibawah Pemerintahan Ratu” halaman 206, memperkuat lukisan Sayeed Dahlan.
Hasjmi menerangkan, dalam tahun 1092 H atau 1681 M (menurut catatan Muham­mad Said tahun 1683 M), rombongan Syarif Mekkah ketika mendapat kesempatan menghadap Sulthanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah, keheranan mereka jadi bertambah setelah sebelumnya terkagum-kagum melihat Banda Aceh yang cantik dan permai, dimana mereka dapati tentara pengawal istana terdiri dari prajurit-prajurit wanita yang semuanya mengendarai kuda. Pakaian dan hiasan kuda-kuda itu dari emas, suasa dan perak. Tingkah laku pasukan kehormatan dan pakaian mereka cukup sopan, tidak ada yang menyalahi peraturan Agama Islam.
Peneliti Sejarah Islam dari International Islamic University Malaysia (IIUM), Alwi Alatas juga menerangkan hal yang sama, ia menemukan ilustrasi pakaian wanita Aceh yang tertutup rapat.
“Buku Denys Lombard, ‘Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)‘, pada halaman 365 ada ilustrasi ‘an Achein woman‘ yang jilbabnya cukup rapat. Lombard menyebutkan bahwa gambar itu diambil dari naskah Peter Mundy, tahun 1637”, terang Alwi, Jum’at 19/04/2013.
 Sulthanah Nihrasyiah Rawangsa
Sulthanah Nihrasyiah Rawangsa
Pada masa perkembangannya, sekitar tahun 1800-1900 an, kita sudah banyak mendapati Muslimah yang sudah memakai jilbab secara tertutup, seperti Nyai Achmad Dahlan beserta pengurus Nasyiatul Aisiyah Muhammadiyah yang dikuatkan dengan foto-foto mereka dalam buku Api Sejarahnya Ahmad Mansur Suryanegara halaman 422 dan 424.
Sama halnya Cut Nyak Dhien dengan kerudungnya, meski dalam lukisan dan fotonya, ia tidak digambarkan sebagai wanita yang berjilbab, namun dalam foto saat ia ditangkap oleh pihak Belanda menunjukkan Cut Nyak Dhien mengalungkan sebuah selendang di lehernya yang diperkirakan selendang itu berfungsi sebagai kerudung.
Rahmah El Yunusiyyah, yang di dalam foto terlihat sangat menutup auratnya dengan jilbab panjang dan baju yang tidak ketat, bukan hanya sekedar memakai kerudung tetapi benar-benar memakai hijab yang sempurna seperti yang disyariatkan. Begitu pula, Teungku Fakinah seorang mujahidah asal Aceh yang pada tahun 1873 turun dalam peperangan melawan agresi Belanda juga digambarkan sebagai wanita yang berjilbab.
Ada juga orang-orang Sunda yang biasa memakai kerudung putih yang dilipat di atas kepala. Mereka menyebutnya dengan mihramah atau mihram yang awalnya berasal dari bahasa Arab mahramah. (G.F Pijper, Fragmenta Islamica : Beberapa Studi Mengenai Sejarah Islam di Indonesia Awal Abad XX, 1987, hlm. 18).
Kemudian kenapa masih ada Muslimah dan pejuang Muslimah yang tidak berjilbab? Apakah karena memang belum ada kesadaran dari mereka untuk menutupi seluruh auratnya?. Menurut peneliti sejarah Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Solo, Muhammad Isa Anshory, M.PI., hal ini dikarenakan masih sangat sulitnya pejuang Muslimah untuk mengakses banyak kitab sedangkan kitab Fikih yang dipakai stagnan (itu-itu saja, red).
“Karena pejuang Muslimah dulu sangat sulit mengakses kitab-kitab, kitab Fikih yang dipakai stagnan, hanya berupa kitab shalat, puasa dan lainnya, tidak seperti sekarang. Dulu Muslimah yg memakai penutup kepala dan kelihatan sedikit rambutnya bahkan sudah dianggap sebagai wanita terbaik pada jaman itu”, terangnya saat mengisi kajian tentang Sejarah Islam Indonesia, Surakarta, Kamis 18/04/2013.
Sehingga, jika menarik dari sejarah dan melihat penggambaran mengenai pakaian muslimah Indonesia pada saat itu, sudah dipastikan hijab merupakan identitas para mujahidah Nusantara.
Revolusi Jilbab
komite kongres perempuan indonesiaSejarah mengenai jilbab di Indonesia juga tidak terlepas dari sejarah perjuangan untuk menerapkan dan memakainya. Seperti yang pernah dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyyah yang pada tahun 1935 mewakili kaum ibu Sumatera Tengah untuk mengikuti Kongres kaum Perempuan di Batavia.
Dalam kongres tersebut, ia memperjuangkan pemakaian busana perempuan Indonesia yang hendaknya memakai kerudung. Selain itu, masih dalam kongres yang sama, ia juga berusaha memberikan ciri khas budaya Islam ke dalam kebudayaan Indonesia.
Namun kita juga tidak boleh lupa bahwa hak kita sebagai Muslimah untuk berhijab pernah dicabut oleh pemerintah pusat. Peristiwa ini berawal dari para siswi berjilbab di SPG Negeri Bandung yang hendak dipisahkan pada lokal khusus, mereka langsung memberontak atas perlakukan diskriminatif terhadap jilbab mereka. Melihat hal ini, ketua MUI Jawa Barat segera turun tangan hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Peristiwa ini pernah terjadi pada tahun 1979.
Kemudian pada tanggal 17 Maret 1982, Dirjen Pendidikan dan Menengah, Prof. Darji Darmodiharjo, SH., mengeluarkan SK 052/C/Kep/D.82 tentang Seragam Sekolah Nasional yang implementasinya berujung pada pelarangan jilbab di sekolah.
Saat itu memang tengah gencar-gencarnya penggusuran para pemakai jilbab dari sekolah. Para Muslimah banyak yang hengkang dari studi demi konsisten untuk jalankan syariat. Mereka yang diusir dari sekolah karena jilbabnya, sampai membawa perkara ini ke pengadilan, bahkan, mungkin untuk yang pertama kalinya, keputusan tersebut berujung pada revolusi jilbab dan mengundang protes dari ribuan mahasiswa dan pelajar berjilbab di berbagai kota besar yang turun ke jalan. (Hemdi, Yoli, Ukhti… Hatimu di Jendela Dunia (Sebuah Torehan Wajah Perempuan dan Peristiwa) 2005).
Sejak terjadinya gelombang revolusi tersebut, keluarlah SK Dirjen Dikdarmen No. 100/C/Kep/D/1991 untuk mencabut larangan tentang pemakaian jilbab sebelumnya oleh pemerintah pusat.
Meski sejarah Hijab Indonesia, terutama pra Indonesia merdeka, belum banyak tersentuh tapi sebagai Muslimah Indonesia kita tetap harus mempertahankan syari’at yang sudah diturunkan oleh Allah SWT., terlebih setelah kita kaji lebih dalam, ternyata h
ijab merupakan identitas asli Muslimah Indonesia.



Share:

Fc

Flag Counter

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Makna Hijrah Dalam Kehidupan Seorang Muslim Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpinda...

Labels